Rabu, 29 Desember 2010

Beruang Kecil Membangun Rumah

Musim dingin sudah hampir tiba. Beruang kecil ingin membangun sebuah rumah untuk melewati musim dingin. Ia pun pergi mencari tempat yang cocok.
Beruang kecil berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah pohon berangan besar. Di bawah pohon itu tampak banyak buah-buah berangan ranum yang jatuh. “Aku akan membangun rumah di sini. Jika angin kencang bertiup, buah-buah berangan itu pasti berjatuhan di rumahku. Tidak perlu bersusah payah mencari makanan. Musim dingin ini akan aku lewati dengan nyaman.”
Sambil bernyanyi-nyanyi gembira, Beruang Kecil mengeluarkan peralatan kerjanya. Ia lalu mulai bekerja dengan giat. Sesaat kemudian ia merasa haus.
“Rumahku sudah selesai separuh. Sekarang aku istirahat dulu,” kata Beruang Kecil, lalu pergi mencari air.
Akan tetapi, walau sudah jauh berjalan, ia tidak menemukan air di sekitar tempat itu. “Gawat! Aku tidak bisa membangun rumah di sini. Aku harus mencari tempat dekat dengan mata air!” gumamnya.
Beruang Kecil pun pergi mencari tempat yang lain. Akhirnya ia memindahkan rumahnya yang setengah jadi ke tepi sebuah sungai.
Esok paginya, Beruang Kecil meneruskan pekerjaannya. Ketika hari beranjak siang, ia mulai merasa lapar. Beruang Kecil pergi mencari makanan. Namun ia tidak berhasil menemukan makanan apa pun. Ketika angin besar bertiup kencang, ia juga kedinginan. Beruang Kecil berpikir. “Di sini terlalu dingin dan tidak ada persediaan makanan. Kalau tetap tinggal di sini, aku bisa mati kedinginan dan kelaparan.”
Akhirnya Beruang Kecil tidak jadi membangun rumahnya di pinggir sungai. Ia pergi mencari tempat yang baru lagi.
Begitulah, Beruang Kecil pindah kesana kemari untuk membangun rumahnya. Hingga musim dingin tiba, rumahnya belum juga selesai dibangun. Ia sangat menyesal dan memutuskan kembali ke bawah pohon berangan.
Waktu tiba di sana, ia melihat Tupai telah membangun rumah di sana. Tupai juga telah menggali sebuah sumur, Beruang Kecil segera pergi ke tepi sungai. Namun di sana sudah ada Anjing Kuning. Anjing Kuning membangun tembok rumahnya dengan batu-batu besar. Tembok itu kuat menahan tiupan angin. Ia juga sudah menyiapkan banyak persediaan makanan.
Dengan menyesal Beruang Kecil berkata, “Kenapa aku tidak memikirkan cara seperti mereka itu, ya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar