Rabu, 29 Desember 2010

Sahabat Baikku

Saskia dan Peony adalah sahabat baik. Mereka selalu berbagi makanan kecil di sekolah. Juga berbagi dalam segala hal.
Suatu hari Sabtu, Saskia bangun seperti biasa. Ia minum segelas susu, makan roti, merapikan kamar, memberi makan kucing, dan membuang sampah.
Di rumahnya, Peony juga melakukan hal yang sama, pada waktu yang hampir sama. Setelah selesai bekerja, mereka ngobrol di telepon untuk merencanakan kegiatan mereka sepanjang hari itu.
Biasanya, mereka bersepeda bersama ke taman untuk bermain ayunan. Di siang hari, mereka membeli es krim. Mereka selalu saling mencicipi es krim, agar bisa membandingkan rasanya. Setelah itu, mereka pulang dan bermain boneka hingga tiba saat makan siang.
Mereka selalu makan siang bersama. Jika Sabtu ini mereka makan siang di rumah Saskia, maka minggu depannya, makan siang di rumah Peony.
Akan tetapi, pada Sabtu ini, hingga menjelang siang, Saskia masih belum menerima telepon dari Peony.
“Halo, selamat pagi. Ini dari Saskia, bisa bicara dengan Peony?”
Ternyata yang menerima telepon adalah Ricky, kakak Peony. “Oh Saskia, selamat pagi. Mencari Peony ya? Waaah, Kakak tidak yakin dia ada di rumah atau tidak. Sejak tadi pagi dia bermain dengan seseorang dan baru saja pergi membeli es krim. Mm, tunggu ya, Kakak coba panggil…”
Saskia mendengar Ricky memanggil Peony, kemudian…
“Maaf Saskia, kata Peony, dia tidak bisa menerima teleponmu hari  ini. Katanya, hari Senin saja berjumpa di sekolah.”
Saskia sedih dan terkejut mendengar hal itu. Sambil meletakkan gagang telepon, perasaan Saskia campur aduk. Rasa sedih dan terkejut perlahan-lahan berubah menjadi kecewa dan marah. “Yah, kalau memang Peony tidak mau bermain denganku, aku juga tidak paduli. Siapa yang butuh teman seperti dia?” kata Saskia dalam hati.
Sepanjang hari Sabtu itu Saskia terus-menerus menggerutu. “Lihat saja hari Senin nanti. Aku akan tunjukkan kalau aku juga tidak butuh Peony sebagai temanku.” Hingga malam menjelang, Saskia masih tetap marah-marah.
Sehabis makan malam, mama Saskia melihat sikap Saskia yang aneh. Saskia tampak murung dan tidak bernapsu makan, padahal makanan yang dihidangkan adalah kesukaan Saskia. Mama Saskia meraba dahi Saskia. Ternyata Saskia demam. Malam itu Ia harus minum obat dan cepat tidur.
Keesokan harinya, demam Saskia masih belum hilang. Saskia makan di tempat tidur dan beristirahat. Mama Saskia menemani sambil bercerita tentang indahnya persahabatan. Di akhir cerita, Saskia berkata “Aku tidak punya seorang sahabat pun! Aku hanya memiliki Peony yang tidak mau bermain denganku lagi. Aku benci Peony!” Saskia mulai menangis dan menceritakan kejadian kemarin kepada mamanya.
Mama Saskia tersenyum menenangkan, “Saskia, kamu dan Peony sudah lama berteman. Jangan marah-marah dulu. Kamu kan belum tahu, kenapa Peony tidak bisa bermain bersamamu. Coba pikirkan kebaikan Peony selama ini. Besok, berikan kesempatan pada Peony untuk menjelaskan semua itu…”
Sore harinya, bel rumah Saskia berbunyi. Ternyata Peony datang membawa sekantong apel merah kesukaan Saskia.”Sebutir apel akan mengusir penyakitmu.” Kata Peony sambil tersenyum. “Wah, aku kangen sekali padamu. Hari Jumat malam Om Han, teman ayah, datang. Rumah Om Han baru terbakar. Tidak ada yang terluka dalam kejadian itu, tetapi Om Han minta tolong ayah untuk menjaga Sari, anak Om Han. Soalnya Om Han akan membersihkan rumah dari asap dan sisa-sisa benda yang terbakar. Sari sangat sedih karena rumahnya terbakar. Aku berusaha menghiburnya seharian.
Aku tahu, kamu temanku yang baik. Kamu pasti tidak akan marah jika aku tidak bisa bermain denganmu seperti biasa.
Ups, Saskia tertegun mendengar cerita Peony. Saskia menjadi malu. Sepanjang hari dia marah-marah pada Peony. Padahal ternyata Peony memiliki alasan yang mulia, mengapa tidak bisa bermain bersama Saskia.
Saskia duduk di tempat tidurnya dan berkata, “Oh Peony, aku minta maaf. Aku telah menjadi teman yang jahat. Aku sudah berpikir jelek tentang kamu. Aku hampir tidak mau memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Maukah kau memaafkanku?”
Peony mendekati Saskia dan memeluknya. “Tentu saja aku memaafkanmu. Itulah gunanya teman. Aku mengerti kalau kamu kecewa karena aku tidak menelponmu. Cepatlah sembuh supaya kita bisa sama-sama bermain dan belajar di sekolah.
Saskia gembira sekali karena tidak jadi kehilangan sahabat yang disayanginya dan berhati mulia itu. Dalam hati Saskia berjanji akan menjaga persahabatan yang dia jalin bersama Peony selamanya.

5 komentar:

  1. maaf tapi kritik yang saya bisa membuat cerpen ini menjadi lengkap adalah pengarang. anda kurang menambahkan siapa nama pengarangnya

    BalasHapus
  2. maaf tapi kritik yang saya bisa membuat cerpen ini menjadi lengkap adalah pengarang. anda kurang menambahkan siapa nama pengarangnya

    BalasHapus