Sabtu, 11 Desember 2010

Robot Kebaikan


Minggu lalu, Vido pergi ke mall dengan ayah ibunya. Di sana, ia melihat sepasang robot-robotan. Vido langsung meminta ayahnya membelikan mainan itu. Namun, Ayah tidak mau. Ayah khawatir Vido jadi malas belajar. Vido sangat kesal. Beberapa hari yang ini, ia pun tampak sering melamun.
Suatu malam, Vido sangat terkejut. Ia melihat sepasang robot impiannya itu ada di dalam lemari mainnanya.
“Astaga…, kenapa kalian bisa ada di lemariku?” serunya  girang.
Saking senangnya, Vido langsung bermain dengan sepasang robot itu. Ia sampai lupa untuk bertanya pada ayah atau ibunya. Vido bermain dengan robot itu sampai larut malam. Akhirnya ia tertidur bersama kedua robot itu.
Keesokan paginya, Vido hampir saja bangun kesiangan. Untung Mbak Jum, pembantu di rumahnya membangunkannya. Vido langsung mandi dan berpakaian. Ia lalu pergi ke meja makan tanpa sempat membereskan mainanya yang berserakan di lantai.
Selesai sarapan, Ayah mengantar Vido ke sekolah. Di perjalanan, Ayah tidak menyinggung soal sepasang robot itu. Vido jadi bingung untuk bertanya.
“Belajar yang baik, ya sayang!” pesan Ayah setiba di sekolah. Vido mencium tangan ayahnya, lalu berlari menuju kelasnya.
Ketika pelajaran di mulai, Vido tak bisa berkonsentrasi. Pikirannya hanya kepada mainan barunya di rumah. Sepasang robot yang sangat diidam-idamkannya itu sudah ada di kamarnya. Vido bingung, siapa yang meletakkan mainan itu di kamarnya?
Vido yakin mainan itu bukan pemberian ayahnya.
“Kalau kamu ingin dibelikan robot, harus rajin belajar dulu!” Begitu kata ayahnya dulu. Vido merasa ia belum melakukan kehendak ayahnya. Ia masih malas belajar.
Sepulang sekolah, Vido langsung menuju kamarnya. Buru-buru ia membongkar lemari mainan yang sudah dirapikan Mbak Jum. Vido langsung mencari sepasang robotnya. Alangkah terkejutnya Vido ketika melihat robotnya hilang satu.
“Mbaaak! Mbak Juuum… Robotku, kok, hilang satu?” teriak Vido kesal.
Mbak Jum datang tergopoh-gopoh dan membantu mencari robot itu.
“Tadi pagi Mbak ingat, robotnya masih ada dua, kok,” kata Mbak Jum bingung.
Sia-sia saja Vido dan Mbak Jum mencari. Robot itu menghilang. Vido sedih sekali. Kini robotnya tinggal satu dan tak punya teman.
“Ada apa, Do?” Tanya Ibu saat melihat wajah Vido yang murung.
Vido berfikir sejenak. Apakah ia akan menceritakan masalahnya kepada Ibu? Namun Vido khawatir Ibu akan mengambil robot yang tinggal satu itu. Vido akhirnya menggeleng dan berkata, “Enggak ada apa-apa, kok, Bu!”
Siang itu, Vido kembali bermain dengan robotnya yang tinggal satu. Tanpa sadar, ia sudah bermain sepanjang hari di dalam kamar. Vido lupa belajar dan lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya.
“Vido…” suara Ibu terdengar dari luar. Buru-buru Vido menyimpan robot itu di dalam lemari mainannya.
“Ya, Bu!” sahut Vido, lalu membuka pintu kamar. Ibu sudah berdiri di depan pintu.
“Kamu tadi tidak tidur siang, ya?” Tanya Ibu. Vido menggeleng.
“Sudah buat pekerjaan rumah?” Tanya ibunya lagi. Dan sekali lagi Vido menggeleng. Ibu menghela nafas.
“Ini sudah sore! Apa yang kamu lakukan di kamar sejak tadi siang? Ibu kira kamu sedang belajar,” keluh Ibu kecewa. Vido hanya terdiam.
“Lekas kamu kerjakan pekerjaan rumah, lalu mandi. Sebentar lagi Ayah pulang,” perintah Ibu. Vido menurut.
Saat makan malam, Ibu menceritakan kelakuan Vido pada Ayah.
“Vido, kamu, kan ingin dibelikan mainan robot. Kalau malas belajar, Ayah batal membelikan kamu mainan itu,” kata Ayah. Vido hanya terdiam.
“Aku harus merahasiakan robot di kamarku. Ayah dan Ibu tidak boleh tahu kalau aku sudah punya robot,” pikir Vido.
Malam harinya, sebelum tidur, Vido membongkar kembali lemari mainannya. Matanya terbelalak. Robot keduanya juga menghilang! Vido cemas dan mencarinya keseluruh penjuru kamar. Namun tak ada hasil. Vido pun menangis. Ia sedih sekali. Bagaimana caranya robot itu bisa hilang?
Tak berapa lama, terdengar ketukan di pintu. Vido buru-buru mengusap air matanya. Ibunya masuk ke dalam kamar dan sempat melihat airmata Vido.
“Ada apa, Do?” Tanya Ibu.
Mula-mula Vido ragu. Namun akhirnya ia bercerita juga tentang sepasang robot yang datang dan menghilang secara misterius. Ibu tersenyum, lalu mendekat dan mengelus rambutnya.
“Vido, sebenarnya Ayah yang membelikan robot itu untukmu. Ayah ingin tahu, apa kamu bisa memegang janjimu. Tapi ternyata mainan itu membuat kamu malas belajar dan mengambil kembali kedua robot itu,” cerita Ibu. Vido malu  sekali. Pipinya memerah.
“Ayah dan Ibu menamakannya Robot Kebaikan. Jika kamu menjadi anak yang baik, robot-robot itu akan setia menemanimu bermain.” Kata Ibu lagi.
“Terima kasih, Bu. Vido janji akan rajin belajar. Vido juga akan mengatur waktu bermain. Vido tidak mau kehilangan sepasang robot kebaikan itu,” janji Vido sungguh-sungguh sambil memeluk ibunya.
Tiba-tiba, ada sepasang tangan yang mengulurkan sepasang robot kebaikan itu di depan Vido. Ternyata Ayah sudah berada di dekatnya. Vido tersenyum bahagia.
“Terima kasih, Ayah,” bisiknya

1 komentar:

  1. Paman kikuk, husin dan asta; Juwita dan si sirik; cerita dari negeri dongeng, pak janggut nya mana? scan in doong

    BalasHapus